KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak mentah Amerika Serikat menyentuh level tertinggi sejak 2015 seiring menyusutnya cadangan minyak, bensin, dan solar AS, yang mengisyaratkan pengetatan pasokan global.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni ditutup menguat 0,25% atau ke level US$71,49 per barel di New York Mercantile Exchange. Pada perdagangan pagi ini, Kamis (17/5/2018), minyak WTI dibuka menguat 0,10% ke US$71,56 per barel.\ Harga WTI saat ini menjadi level tertinggi sejak perdagangan 2015. Sementara itu pada 2014, harga minyak WTI sempat menyentuh US$89,6 per barel, dan menurun ke level US$70-an per barel pada Desember. Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman ditutup menguat 0,85 poin ke posisi US$79,28 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global ini diperdagangkan dengan spread US$7,72 dibanding WTI kontrak Juli. Dilansir Bloomberg, perkiraan International Energy Agency (IEA) menunjukkan adanya rekor permintaan luar negeri untuk minyak mentah AS, dan menurunnya stok minyak serta bahan bakar domestik. "Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah kita akan melihat pasar yang sangat ketat selama musim panas ketika musim mengemudi sedang berlangsung di Amerika Utara,” kata Michael Lynch, president Strategic Energy and Economic Research di Winchester, Massachusetts, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (17/5/2018). Minyak mentah bulan ini naik ke level tertinggi dalam tiga tahun terakhir karena pasar global semakin ketat dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkatkan kekhawatiran pasokan. Meski ada lonjakan produksi minyak mentah AS, cadangan yang disimpan di terminal dan tanker telah menyusut. "Satu minggu penurunan cadangan tentu positif untuk harga saat ini. Berlanjutnya penurunan mencerminkan pasar yang cukup ketat," kata Matthew Beck, managing director di John Hancock Financial Services Inc di Boston. Energy Information Administration menyatakan stok minyak mentah turun 1,4 juta barel pekan lalu. Pada saat yang sama, cadangan bensin menyusut 3,79 juta, sedangkan bahan bakan diesel menyusut 92.000 barel. Adapun angka ekspor yang mencapai 689.000 barel per hari berkontribusi dalam penurunan cadangan minyak mentah. Selain menurunkan prospek permintaan, IEA yang berbasis di Paris mengatakan produksi di luar OPEC akan tumbuh 1,87 juta barel per hari tahun ini, atau 85.000 per hari, melebihi perkiraan sebelumnya. . BACA JUGA : Pasar Tunggu Sentimen Positif dari Bank Indonesia KONTAK PERKASA FUTURES
0 Comments
PT KONTAK PERKASA – Investor institusi belum pernah bersikap skeptis seperti sekarang terhadap saham Apple Inc, setidaknya sejak krisis keuangan 2008 silam.
Dilansir Bloomberg, sejumlah investor melepas kepemilikan saham produsen iPhone tersebut hingga mencapai total 153 juta lembar saham dalam tiga bulan pertama tahun ini, ungkap analisis lembaga pengajuan 13F. Jumlah tersebut merupakan yang terbesar setidaknya sejak kuartal I/2008 ketika Bloomberg mulai melacak data. Jumlah saham yang dilepas investor Ini juga menjadi yang paling banyak di antara saham lain pada indeks S&P 500 pada kuartal pertama tahun 2018. Berkurangnya kepemilikan ini merupakan penurunan ketiga dalam empat kuartal terakhir, dengan peningkatan jumlah kepemilikan hanya terjadi pada kuartal keempat 2018 yang mencapai 8,6 juta lembar saham. Sentimen investor pada Apple telah memburuk tahun ini di tengah kekhawatiran tentang apakah perusahaan akan dapat mempertahankan laju penjualan unit iPhone. Tentu saja satu pengecualian utama untuk tren ini adalah Warren Buffett. Berkshire Hathaway Inc. membeli 75 juta saham Apple pada kuartal pertama 2018 dan menjadi investor terbesar ketiga perusahaan. Bank of America Corp, Wells Fargo & Co, Citigroup Inc. termasuk di antara 10 daftar teratas dari saham dan reksadana yang diperdagangkan di bursa yang mencatat penurunan dalam kepemilikan pada kuartal pertama 2018. Lembaga ini memangkas posisi di Bank of America sebanyak sekitar 135 juta saham, sedangkan Citigroup mencapai 67 juta saham dan Wells Fargo sekitar 46 juta saham. BACA JUGA : PT KONTAK PERKASA – Produksi China Naik, Harga Stagnan PT KONTAK PERKASA KONTAK PERKASA FUTURES - Reli penguatan harga batu bara berlanjut pada akhir perdagangan Senin (14/5/2018), di tengah meningkatnya ekspektasi konsumsi komoditas ini menjelang musim panas.
Pada perdagangan Senin, harga batu bara untuk kontrak Juni 2018, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, menguat 2,20% atau 2 poin dan berakhir di posisi US$93/metrik ton. Harga batu bara kontrak Juni 2018 telah menguat untuk perdagangan hari kelima berturut-turut dengan kenaikan tercatat sebesar 7,71%. Pada perdagangan Jumat (11/5), harga batu bara kontrak Juni 2018 berakhir menguat 1,11% atau 1 poin di posisi 91. Di China, harga batu bara thermal untuk pengiriman September di Zhengzhou Commodity Exchange berakhir naik 1,6% di 629,8 yuan/ton. Adapun kontrak teraktif membukukan kenaikan 3% pekan lalu sekaligus kenaikan mingguankeempat berturut-turut, rentetan terpanjang sejak Januari. Menurut analis Guotai Junan Futures Jin Tao, ekspektasi konsumsi batu bara yang lebih tinggi menjelang musim panas telah mendorong harga. “Sejumlah data termasuk stok batu bara dan penggunaan harian oleh pembangkit listrik juga mendukung sentimen positif,” tambah Jin Tao, seperti dikutip Bloomberg. Jumlah persediaan batu bara pada enam pembangkit listrik utama di China telah menurun hingga 19 hari pasokan pada 11 Mei, menurut China Coal Resource. Sejalan dengan batu hitam, harga minyak mentah menguat saat para pelaku pasar menilai meningkatnya ketegangan di Timur Tengah memberi tekanan terhadap cadangan minyak dunia. Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni ditutup menguat 0,4% atau 0,26 poin di level US$ 70,96 per barel di New York Mercantile Exchange. Adapun minyak Brent untuk pengiriman Juli menguat 1,11 poin dan ditutup pada level US$78,23 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Brent menyentuh level US$78 untuk pertama kalinya sejak akhir tahun 2014. Lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam protes atas peresmian kedutaan AS di Yerusalem, menyoroti ketegangan di wilayah tersebut kurang dari sepekan setelah Presiden Donald Trump menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, produsen minyak mentah terbesar ketiga OPEC. “Fokusnya hanya masih pada situasi di Iran dan Timur Tengah,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, seperti dikutip Bloomberg. “Kadang-kadang, ketegangan tinggi di Timur Tengah dan terkadang mereda. Saat ini, ketegangan sudah sangat tinggi.” Minyak mentah AS telah meningkat 3,5% bulan ini setelah Arab Saudi mengatakan kepada OPEC telah mengurangi produksi minyak mentah ke level terendah sejak dimulainya upaya gabungan untuk mengurangi kelebihan pasokan global. Sementara itu, keputusan Trump untuk mundur dari perjanjian nuklir Iran 2015 dan memberlakukan kembali sanksi diperkirakan akan menurunkan ekspor minyak mentah dan kondensat Iran sebesar 500.000 barel per hari pada 2019, menurut BMI Research. Pergerakan harga batu bara kontrak Juni 2018 di bursa Rotterdam Tanggal US$/MT 14 Mei 93,00(+2,20%) 11 Mei 91,00(+1,11%0 10 Mei 90,00(+1,35%) 9 Mei 88,80(+1,37%) 8 Mei 87,60(+1,68%) Sumber: Bloomberg BACA JUGA : Kinerja Pasar Obligasi Bergantung pada Kenaikan BI Rate KONTAK PERKASA FUTURES PT KONTAK PERKASA FUTURES - Rupiah diprediksikan bergerak mixed dengan kecenderungan terapresiasi terhadap dolar AS dalam perdagangan hari ini.
Range rupiah hari Senin diperkirakan sekitar Rp13.915 hingga Rp14.000. Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan secara teknikal, pada USDIDR daily chart terlihat pola bearish engulfing line candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi penguatan bagi rupiah terhadap dolar AS. Sedangkan indikator stichastic dan RSI masih berada di area netral. Sementara itu sentimen domestik, diharapkan aksi teror bom yang terjadi di Surabaya mampu ditangani dengan baik oleh aparat keamanan, sehingga situasi dan kondisi keamanan dalam negeri tetap kondusif bagi pasar. Selain itu, para pelaku pasar menantikan data neraca perdagangan per April pada Selasa yang diproyeksikan mengalami peningkatan surplus dari $1,09 miliar menjadi $1,1 miliar. Adapun data-data makorekonomi global pada Senin diproyeksikan tidak memberikan high market impact sehingga para pelaku pasar sebaiknya mencermati berbagai sentimen yang ada. Sementara itu, secara eksternal isu kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang antara AS dengan China dinamika geopolitik yang terjadi terutama di kawasan Timur Tengah akan memengaruhi pergerakan dolar AS terhadap berbagai instrumen lainnya, termasuk rupiah. Ikuti pergerakan Rupiah secara live di Bisnis.com hari ini 10:09 WIB Pukul 09.55 WIB: Spot Melemah 28 Poin ke 13.988 Nilai tukar rupiah lanjut melemah 28 poin atau 0,20% ke Rp13.988 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada perdagangan pagi ini, Senin (14/5/2018). 08:59 WIB Pukul 08.49 WIB: Spot Berbalik Melemah 15 Poin ke 13.975 Nilai tukar rupiah berbalik melemah dan turun 15 poin atau 0,11% ke Rp13.975 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (14/5/21018). 08:11 WIB Pukul 08.00 WIB: Spot Dibuka Menguat 3 Poin di 13.957 Pergerakan nilai tukar rupiah dibuka menguat 3 poin atau 0,02% di Rp13.957 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (14/5/2018). baca juga : Pergerakan Harga Kembali Bervariasi PT KONTAK PERKASA FUTURES PT KONTAK PERKASA - Oso Sekuritas memperkirakan IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat dengan pergerakan di kisaran 5.866 - 5.936.
Tim analis Oso Sekuritas menyebutkan hal tersebut terlihat dari candle yang membentuk pola bullish engulfing dengan indikator Stochastic bergerak bullish dan MACD histogram bergerak ke arah positif dengan volume turun. Pada perdagangan kemarin (09/05), IHSG ditutup menguat 2,31% ke level 5.907,94. Sembilan dari sepuluh indeks sektoral berakhir dalam zona hijau, dimana sektor Infrastruktur dan Barang Konsumsi memimpin penguatan masing-masing sebesar 3,64% dan 3,38%. Adapun saham yang menjadi penggerak indeks diantaranya: TLKM, HMSP, BBCA, UNVR, BBNI Kenaikan indeks terjadi ditengah rilisnya data Cadangan Devisa (Cadev) bulan April 2018 yang turun sebesar US$ 1,1 miliar menjadi US$124,9 miliar. Adapun penurunan Cadev tersebut terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri. Pelaku pasar asing membukukan aksi jual bersih (netsell) sebesar Rp 328 miliar. Nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 0.23% ke level Rp 14,084. Economic & Industry News Morgan Stanley Optimis PDB Indonesia Mampu Mencapai 5,5% Di Tahun 2018 Hingga 2019 BI Mempersiapkan Langkah Kebijakan Moneter Melalui Penyesuaian Suku Bunga Kebijakan 7-Day Reverse Repo Rate Dengan Lebih Meprioritaskan Pada Stabilisasi Harga Minyak Kembali Menembus Rekor Tertinggi Tahun Ini Pada US$ 71,70 Per Barel Seiring Rilisnya Data EIA AS Corporates News Beralih Ke Bisnis Infrastruktur BIPI Mengubah Nama Menjadi PT Astrindo Nusantara Infrastruktur DVLA Akan Membagikan Dividen Sebesar Rp 70 Per Saham Pada 6 Juni 2018 BEST Akan Membagikan Dividen Sebesar Rp 10 Per Saham Pada 6 Juni 2018 ISAT Akan Membagikan Dividen Sebesar Rp 73 Per Saham Pada Tahun 2017 Laba Bersih WIIM Turun Sebesar 61% Menjadi Rp 40,6 Miliar Pada Tahun 2017 Laba Bersih WIIM Turun Sebesar 61% Menjadi Rp 40,6 Miliar Pada Tahun 2017 Rugi Bersih GZCO Turun Menjadi Rp 166,3 Miliar Dari Sebelumnya Mencapai Rp 1,54 Triliun HITS Berencana Membagikan Dividen Sebesar Rp 3 Per Saham MPMX Akan Membagikan Dividen Sebesar Rp 105 Per Saham Pada Kuartal I 2018 Laba Bersih IGAR Turun 14% Menjadi Rp 16,6 Miliar KBLM Mendapatkan Proyek Dari PLN Untuk Menyediakan Kabel BACA JUGA : PT KONTAK PERKASA -Pasar Tetap Kalem Meski Masih di Atas US$70 per Barel PT KONTAK PERKASA KONTAK PERKASA FUTURES – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) rebound dari pelemahan sebelumnya setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran serta akan kembali menerapkan sanksi terhadap produsen minyak terbesar ketiga OPEC itu.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli diperdagangkan di level US$70,02 per barel pada pukul 06.08 WIB, Rabu (9/5/2018), setelah berakhir di angka US$68,97 pada penutupan perdagangan Selasa (8/5/2018) di bursa komoditas New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 70% di atas rata-rata 100 hari. Adapun minyak Brent untuk pengiriman Juli turun US$1,32 dan mengakhiri sesi perdagangan Selasa di level US$74,85 di ICE Futures Europe exchange di London. Bursa minyak mengikis pelemahannya menjadi 1% di New York pada perdagangan Selasa setelah sebelumnya merosot lebih dari 4%. Dalam pidatonya pada Selasa (8/5) waktu setempat, Trump mencirikan kesepakatan 2015 yang dimaksudkan menghentikan upaya Iran untuk senjata atom, sebagai 'rasa malu' yang besar. Perusahaan dan individu memiliki waktu hingga 180 hari untuk mengakhiri bisnis dengan entitas Iran. Pada saat yang sama, dorongan terhadap minyak juga datang dari kabar bahwa American Petroleum Institute (API) melaporkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar 1,85 juta barel pekan lalu. Adapun persediaan minyak sulingan dikabarkan mencatat penurunan terbesar sejak 2004. “Sanksi-sanksi itu tidak akan mengambil begitu banyak [pasokan] minyak dari pasar, tetapi itu pasti sesuatu yang mendukung harga,” kata James Williams, presiden perusahaan riset energi WTRG Economics. “Sementara itu, penurunan pada persediaan minyak sulingan adalah hal yang bullish,” tambah Williams, seperti dilansir dari Bloomberg. Minyak mentah acuan AS telah melonjak di atas US$70 per barel awal pekan ini, atau pada perdagangan Senin (7/5/2018), di saat para pedagang berspekulasi tentang langkah Trump berikutnya terhadap Iran. “Hal ini selayaknya lebih kuat untuk harga,” kata Tariq Zahir, commodity fund manager di Tyche Capital Advisors LLC. BACA JUGA : KONTAK PERKASA FUTURES – Trump Umumkan Keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran KONTAK PERKASA FUTURES PT KONTAK PERKASA FUTURES - Harga batu bara melanjutkan penguatannya di hari ketiga pada akhir perdagangan Senin (7/5/2018), menyusul kenaikan harga minyak mentah.
Pada perdagangan Senin, harga batu bara untuk kontrak Agustus 2018, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, menguat 0,8% atau 0,7 poin dan berakhir di posisi US$88,2/metrik ton. Pergerakan harga batu bara ini menandai reli penguatan selama tiga hari berturut-turut, setelah ditutup rebound 0,35% atau 0,3 poin ke level US$87,05pada akhir perdagangan Kamis (3/4). Penguatan harga batu bara ini sejalan dengan harga minyak mentah yang sempat menguat hingga US$70 per barel, meski kemudian kembali melemah hari ini. Pada penutupan perdagangan Senin, harga minyak West Texas Intermediate bertengger di harga US$70,73 per barel atau mengalami kenaikan 1,45%. Namun, Harga WTI sontak turun lebih dari US$1 per barel pada awal perdagangan hari ini menyusul cuitan Trump tersebut dalam akun Twitter-nya. Penurunan itu mengikis sebagian besar penguatan yang dibukukan WTI pada perdagangan Rencana pengumuman keputusan yang akan disampaikan oleh Trump pada hari ini, Selasa (8/5/2018) waktu setempat di Washington, terdengar mengejutkan menjelang tenggat waktu 12 Mei 2018 bagi AS untuk membebaskan atau menerapkan kembali sanksi sebagai bagian dari kesepakatan nuklir Iran dan sejumlah negara lainnya. Pekan lalu, Pemerintahan Trump mendengar argumen yang mendukung kesepakatan tersebut dari Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel. Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson berada di Washington pekan ini untuk memberi argumennya membujuk Trump agar tetap dalam perjanjian itu. “Fakta bahwa Trump mengumumkan waktu keputusan tanpa sekali lagi mengempaskan kesepakatan itu bisa memberi kepercayaan pada pasar bahwa itu mungkin tidak sepenuhnya dihapuskan,” kata Josh Graves, senior market strategist di RJO Futures, seperti dikutip dari Bloomberg. “Pasar mungkin mempertimbangkan dari komentarnya bahwa kita akan tetap dalam kesepakatan ini. Bahwa kita tidak sepenuhnya meninggalkannya. Menjaga kesepakatan itu berarti minyak bisa diperdagangkan kembali ke pertengahan level US$60,” tambahnya. Harga minyak Brent untuk pengiriman Juli naik US$1,30 dan ditutup di US$76,17 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$5,55 terhadap WTI Juli. Pergerakan harga batu bara kontrak Januari 2019 di bursa Rotterdam Tanggal US$/MT 7 Mei 88,20(+0,80%) 4 Mei 87,50(+0,52%) 3 Mei 87,05(+0,35%) 2 Mei 86,75(-1,98%) 1 Mei 88,50(+0,17%) Sumber: Bloomberg baca juga : PT KONTAK PERKASA FUTURES – IHSG Lanjutkan Pergerakan di Zona Hijau PT KONTAK PERKASA FUTURES KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak mentah Amerika Serikat nyaris menyentuh level US$70 per barel untuk pertama kalinya sejak November 2014 karena pelaku pasar bersiap untuk pengenaan kembali sanksi AS terhadap produsen minyak, Iran.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni naik 0,16% atau 0,11 poin ke level US$69,83 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 8.33 WIB. WTI ditutup 0,3% pada level US$69,91 per barel pada akhir perdagangan Jumat pekan lalu. Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Juli naik 0,08% atau 0,06 poin ke level US$74,93 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London pada pukul yang sama. Dilansir Bloomberg, meskipun Presiden AS Donald Trump belum mengumumkan apakah negaranya akan menarik diri dari kesepakatan antara Iran dan sejumlah negara lain karena batas waktu 12 Mei semakin dekat, para pejabat pememrintah AS memposisikan untuk negosiasi. Kesepakatan nuklir yang dilakukan pada 2015 meringankan sanksi terhadap anggota terbesar ketiga OPEC tersebut dengan ganti pembatasan program nuklirnya, dan tindakan baru AS dapat menghambat ekspor minyak Iran. Iran telah keluar melawan kenaikan harga minyak, setelah menguat sekitar 16% tahun menyusul kesepakatan pemotongan output oleh OPEC dan sekutunya serta meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah. Seorang pejabat pemerintah Iran mengatakan pada Minggu (6/5) bahwa minyak mentah di posisi US$60 sampai US$65 per barel merupakan harga yang "cocok,", menandakan perpecahan dengan sesama anggota kelompok Arab Saudi yang dikatakan bertujuan untuk mencapai harga minyak US$80. "Sanksi baru, yang akan menghapus beberapa pasokan minyak mentah Iran dari pasar global, akan memperketat keseimbangan antara permintaan dan penawaran dan mendukung harga minyak mentah," ungkap Takayuki Nogami, kepala ekonom di Badan Minyak, Gas & Logam Nasional Jepang, seperti dikutip Bloomberg. "Meskipun mungkin ada profit taking mengingat harga minyak saat ini, hal tersebut akan bersifat terbatas karena kekhawatiran atas Iran meningkat," lanjutnya. Meskipun menolak untuk mengungkapkan apa yang akan dia lakukan pada 12 Mei, Trump mengulangi keyakinannya bahwa kesepakatan yang ada adalah "kesepakatan yang mengerikan bagi AS." Namun, dia menambahkan, "Itu tidak berarti saya tidak akan merundingkan perjanjian baru. Namun, Iran mengesampingkan pembicaraan baru, menyebut perjanjian saat ini tidak dapat dinegosiasikan.” BACA JUGA : Pasar Tunggu Putusan Trump Soal Iran, Minyak Mentah Mendekati Level US$70 KONTAK PERKASA FUTURES PT KONTAK PERKASA - Reliance Sekuritas memprediksi pergerakan indeks di akhir pekan berusaha mencoba rebound pasca merosot dalam sesi dagang kemarin.Analis Lanjar Nafi mengatakan secara teknikal IHSG bergerak break out support psikologis dilevel 5.900. Indikasi bearish cukup tertahan melihat indikator RSI dan Stochastic yang berada pada level oversold.
Sehingga diperkirakan pergerakan IHSG diakhir pekan cenderung mencoba rebound dan bertahan pada level psikologis 5.900 dengan rentang pergerakan 5.830-5.910. Saham-saham yang masih dapat dicermati diantaranya BSDE, ADRO, ADHI, ITMG, LSIP, SMGR. Dalam perdagangan kemarin, IHSG (-2.55%) ditutup melemah 153,5 poin dilevel 5.858,73 sektor infrastruktur (-3.20%) tertekan dengan sektor pertambangan (-3.04%) memimpin pelemahan indeks sektoral. Investor asing pun tercatat net sell 772.55 Miliar rupiah dengan saham TLKM, ADRO dan BBRI yang menjadi top net sell value. Penguatan USD dan spekulasi terhadap BI rate melihat inflasi yang terkendali menjadi faktor utama pesimistis investor. baca juga : PT KONTAK PERKASA – Gejolak Iran-AS Topang Minyak, Harga Batu Bara Reboundt PT KONTAK PERKASA KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak mentah membukukan kenaikan terbesar dalam dua pekan terakhir pada perdagangan Rabu (2/5/2018) karena tenggat waktu untuk keputusan AS tentang kesepakatan nuklir Iran mendekat dan dolar melemah.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni menguat 1% atau 0,68 poin ke level US$67,93 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 19% di atas rata-rata 100 hari. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli menguat 0,23 poin dan ditutup di level US$73,36 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global ini lebih mahal US$5.59 dibanding WTI kontrak Juli. Dilansir Bloomberg, Presiden Donald Trump berencana untuk memutuskan apakah akan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran pada atau sebelum 12 Mei, sebuah putusan yang dapat mengganggu ekspor minyak mentah oleh produsen terbesar OPEC ketiga tersebut. Pada saat yang sama, penurunan greenback mendorong daya tarik minyak mentah sebagai investasi setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan kebijakan yang berakhir Rabu kemarin. "Ini tampak seperti reaksi terhadap Fed," kata Phil Streible, analis pasar senior di RJO Futures di Chicago, seperti dikutip Bloomberg. "Dolar mulai melemah dan menyebabkan aset lain meningkat, seperti logam dan energi." Minyak mentah di New York dan London menguat bulan lalu sebagai antisipasi dari keputusan AS bulan ini pada nuklir Iran. Adapun ekspor minyak mentah OPEC April turun ke level terendah tahun ini, menurut data dari perusahaan pelacakan kargo Kpler. Sementara itu, Arab Saudi menetapkan harga minyak mentah patokannya untuk pelanggan Asia di levbel tertinggi sejak Agustus 2014, sehingga menambah momentumbullish di pasar. “Harga minyak mencerminkan kekhawatiran tentang sanksi Iran," kata Michael Lynch, presiden Strategic Energy & Economic Research di Winchester, Massachusetts. "Sebagian besar komentar yang mungkin kita dengar pekan depan adalah sangat harga yang sangat bullish." BACA JUGA : IHSG Kembali Bergerak Fluktuatif KONTAK PERKASA FUTURES |
Official WebsitePT Kontakperkasa FuturesProfil perusahaan Landasan Hukum Badan Pengawas Perdagangan Hubungi Kami PT Kontak Perkasa Futures Archives
November 2020
Categories
|