KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak mentah menguat untuk pertama kalinya dalam tiga hari terakhir karena Rusia menyatakan kesediaan untuk bergabung dengan Arab Saudi dalam membatasi pasokan global.
Harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Januari menguat 1,16 poin ke level US$51,45 per barel pada perdagangan Kamis (29/11/2018) di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, Brent untuk kontrak Januari, yang berakhir Jumat, menguat 1,28% atau 0,75 poin ke level US$59,51 di bursa ICE Futures Europe London. Patokan global diperdagangkan lebih tinggi US$8,06 dibanding WTI. Dilansir dari Bloomberg, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan dalam sebuah wawancara di Argentina bahwa Rusia menginginkan lebih banyak prediktabilitas dan "dinamika harga yang mulus" di pasar minyak mentah dunia. Pernyataan tersebut menyambut KTT G20 di mana Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman diperkirakan akan membahas pasokan minyak menjelang pertemuan yang lebih luas dari eksportir minyak utama pekan depan. WTI telah jatuh 21% bulan ini, di jalur pergerakan bulanan terburuk dalam satu dekade terakhir. Tetapi, setelah meluncur di bawah US$50 per barel sebelumnya pada hari Kamis, sejumlah analis melihat pasar telah oversold, ungkap Bart Melek, kepala analis komoditas di TD Securities di Toronto. "Minyak mentah di bawah US$50 akan menekan keuangan produsen minyak shale, menunjukkan lintasan produksi ke atas bisa melambat,” ungkap Melek, seperti dikutip Bloomberg Putin memuji putra mahkota Saudi pada hari Rabu dan mengatakan Moskow siap untuk bekerja sama lebih lanjut. Dia juga mengatakan bahwa minyak mentah sekitar US$60 per barel adalah "seimbang dan adil" dan jauh di atas tingkat yang diperlukan untuk menjaga anggaran pemerintahnya. Sebaliknya, Arab Saudi membutuhkan minyak lebih dari US$80 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya. baca juga : Sektor Teknologi & Perbankan Tekan Wall Street Melemah KONTAK PERKASA FUTURES
0 Comments
PT KONTAK PERKASA - Bursa saham Amerika Serikat menguat pada perdagangan Rabu (28/11/2018) setelah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan tingkat kebijakan saat ini "hanya di bawah" perkiraan tingkat yang tidak menahan.
Pada pelaku pasar menganggap komentar dovish Powell tersebut sebagai tanda bahwa siklus pengetatan selama tiga tahun The Fed hampir berakhir. Indeks S&P 500 dan Dow membukukan kenaikan persentase terbesar mereka dalam delapan bulan, sementara Nasdaq mencatat kenaikan terbesarnya hanya dalam satu bulan terakhir. Powell mengatakan ada banyak hal yang disukai tentang prospek AS, laju pengetatan bertahap dalam menaikkan suku bunga telah menjadi latihan dalam menyeimbangkan risiko. Sebelumnya pada, dalam laporan stabilitas keuangannya yang pertama, The Fed memperingatkan bahwa ketegangan perdagangan, Brexit, dan pasar emerging marketsyang bermasalah dapat mengguncang sistem keuangan AS dengan peningkatan harga aset. "Dia (Powell) sekarang mengakui mendekati posisi netral, yang menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan tidak akan sebanyak saat ini karena para investor percaya," kata Jack Ablin, kepala investasi di Cresset Wealth Advisors di Chicago, seperti dikutip Bloomberg. "Ini tentu saja kabar gembira bagi para investor,” lanjutnya. Sementara itu, Departemen Perdagangan AS menegaskan bahwa produk domestik bruto AS tumbuh 3,5% pada kuartal ketiga dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun defisit perdagangan barang melebar. Selain itu, belanja konsumen direvisi lebih rendah dan penjualan rumah baru jatuh Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 617,7 poin atau 2,5% ke level 25,366.43, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 naik 61,61 poin atau 2,30% ke 2,743.78 dan Nasdaq Composite menguat 208,89 poin atau 2,95% ke 7.291,59. Dari 11 sektor utama indeks S&P 500, hanya sektor utilitas yang berada di zona negatif. Sektor teknologi dan konsumer mencatatkan persentase kenaikan terbesar, masing-masing naik lebih dari 3%. Sementara itu, sektor otomotif menguat 1,4% setelah Presiden Donald Trump mengatakan dia mempelajari tarif otomotif baru setelah pengumuman General Motors Co yang akan menutup pabrik dan memangkas tenaga kerjanya. BACA JUGA : Pergerakan IHSG Diprediksi Masih Tertahan PT KONTAK PERKASA KONTAK PERKASA FUTURES - Harga emas Comex bergerak tipis di teritori positif pada perdagangan pagi ini, Rabu (28/11/2018), setelah berakhir melemah cukup dalam pada sesi perdagangan sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas Comex kontrak Februari 2019 dibuka di zona hijau dengan kenaikan 0,08% atau 1 poin di level US$1.220,90 per troy ounce. Pergerakannya lanjut naik hanya 0,30 poin atau 0,02% ke level US$1.220,20 per troy ounce pada pukul 07.24 WIB. Sepanjang pagi ini, harga emas bergerak di kisaran US$1.220-US$1.221,10 per troy ounce.kontak-perkasaf.com/ Adapun pada perdagangan Selasa (27/11), harga emas Comex kontrak Februari 2019 berakhir melemah 0,72% atau 8,80 poin di posisi 1.219,90, pelemahan hari ketiga berturut-turut. Sementara itu, pada perdagangan Selasa (27/11/2018), indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama berakhir menguat 0,30% atau 0,295 poin di posisi 97,369, penguatan hari ketiga berturut-turut. Penguatan dolar AS diketahui dapat menyebabkan nilai pembelian emas lebih mahal bagi para pengguna yang membayar dalam mata uang lainnya sehingga berdampak terhadap permintaan logam mulia ini. BACA JUGA : LIVE Bursa AS Menguat, IHSG Berpotensi Rebound KONTAK PERKASA FUTURES PT KONTAK PERKASA FUTURES - Wall Street rebound pada perdagangan Senin (26/11/2018) menyusul dimulainya hari belanja Cyber Monday yang mendorong saham emiten ritel.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 354,29 poin atau 1,46% ke level 24.640,24, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 naik 40,89 poin atau 1,55% ke 2,673.45 dan Nasdaq Composite menguat 142,87 poin atau 2,06% ke 7.081,85. Ketiga indeks membukukan persentase penguatan terbesar mereka dalam hampir tiga pekan terakkhir. Pada hari Jumat S & P 500 ditutup 10,2% di bawah rekor tertinggi, mengonfirmasikan koreksi untuk kedua kalinya tahun ini. Dilansir Reuters, hari belanja online mendorong emiten ritel meningkatkan pelanggan dengan sejumlah diskon besar dan pengiriman gratis. Hari Cyber Monday terlihat mencapai titik tertinggi sepanjang masa dengan total transaksi mencapai US$7,8 miliar di AS, menurut analisis Adobe. "Apa yang kami lihat hari ini adalah reli. Ini Cyber Monday di Wall Street," kata Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Asset Management di Chicago, seperti dikutip Reuters. Perusahaan e-commerce Amazon.com menguat 5,3% dan memberikan dorongan terbesar pada indeks Nasdaq dan sektor ritel S&P yang naik 3,1%. Sementara itu, harga minyak mentah membukukan persentase lompatan terbesar mereka dalam lima bulan, didorong oleh turunnya cadangan minyak AS dan peningkatan kekhawatiran pasokan. Saham sektor energi juga menguat 1,7%. Sementara itu, General Motors Inc (GM) mengupayakan restrukturisas dengan mengumumkan akan menghentikan produksi model dengan penjualan yang rendah dan memangkas jumlah karyawan Amerika Utara. Saham GM ditutup menguat 4,8%. Seluruh 11 sektor utama pada indeks S&P 500 menguat. Sektor teknologi naik 2,3% dan memberikan dorongan terbesar pada indeks S&P 500, setelah mengalami penurunan lebih dari 6% pekan lalu, penurunan terburuk dalam delapan bulan. Saham Nvidia Corp naik 5,6% setelah Credit Suisse memulai memberikan prospek bullish terhadap kinerja perusahaan. Fokus investor juga tertuju pada KTT G20 yang diselenggarakan di Buenos Aires pada hari Jumat dan Sabtu, dengan Presiden AS Donald Trump dan China Xi Jinping diharapkan untuk bertemu dan membahas sengketa tarif kedua negara yang semakin meningkat. Tag : bursa as BACA JUGA : IHSG Masih Lanjut Naik, Cermati Saham Pilihan Ini PT KONTAK PERKASA FUTURES PT KONTAK PERKASA - Berikut laporan Live kurs rupiah terhadap dolar AS yang diperbarui perkembangannya mulai pembukaan sampai penutupan perdagangan pasar spot hari ini Senin (26/11).
Rupiah diprediksi masih berpotensi melanjutkan penguatan di tengah eskalasi perang dagang yang kembali memanas. Pada penutupan perdagangan Jumat (23/11), rupiah menguat 36 poin atau 0,25% menjadi Rp14.544 per dolar AS dan membukukan pelemahan 6,5% di hadapan dolar AS secara year-to-date (ytd). Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan bahwa rupiah masih berpotensi menguat di tengah perang dagang AS dan China yang memanas karena ada perkembangan positif dari Brexit yang menekan dolar AS. "Perkembangan dari kawasan Eropa khususnya Inggris yang mendapat terobosan positif dari perundingan Brexit sempat mengalihkan fokus pelaku pasar kepada aset beresiko dan menekan dolar AS," ungkap Deddy, dilansir Bisnis dalam riset harian, Jumat (23/11). Kondisi tersebut dinilai Deddy dapat bertahan hingga akhir pekan depan sehingga dapat dimanfaatkan oleh rupiah untuk menguat. Sementara itu, dari domestik, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 6%, peluncuran kebijakan ekspor sumber daya alam (SDA), dan relaksasi DNI (Daftar Negatif Investasi), serta pengelolaan pasar mata uang di bawah aturan domestic non-deliverable forward (DNDF) berhasil meningkatkan kepercayaan pelaku pasar terhadap Rupiah. Kenaikan suku bunga acuan tersebut dinilai sebagai salah satu upaya BI menghindari dampak-dampak dari faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga AS selanjutnya dan perkembangan perang dagang. "Harga minyak mentah yang anjlok juga menjadi dorongan penguatan rupiah karena pelaku pasar berharap ada penurunan defisit transaksi berjalan Indonesia yang didominasi oleh defisit belanja minyak," lanjut Deddy. Deddy memproyeksikan untuk jangka menengah, rupiah terbuka untuk diperdagangkan di kisaran antara Rp14.600 - Rp14.900 per dolar AS. 10:08 WIB Pukul 10.03 WIB: Rupiah Berbalik Menguat 4 Poin Nilai tukar rupiah berbalik menguat 4 poin atau 0,03% ke level Rp14.540 per dolar AS seiring dengan pergerakan IHSG pada perdagangan pagi ini, Senin (26/11/2018). 09:01 WIB Pukul 08.52 WIB: Rupiah Terdepresiasi 14 Poin Nilai tukar rupiah terdepresiasi 14 poin atau 0,10% ke level Rp14.558 per dolar AS seiring dengan pergerakan IHSG pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (26/11/2018). 08:15 WIB Pukul 08.12 WIB: Rupiah Dibuka Stagnan di 14.544 Nilai tukar rupiah dibuka stagnan di level Rp14.544 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (26/11/2018), setelah mampu berakhir menguat 36 poin atau 0,25% pada perdagangan Jumat (23/11). BACA JUGA : LIVE IHSG Dibuka Tergelincir ke Zona Merah PT KONTAK PERKASA KONTAK PERKASA FUTURES - Berikut laporan Live indeks harga saham gabungan yang diperbarui perkembangannya mulai pembukaan sampai penutupan perdagangan pasar modal akhir pekan ini, Jumat (23/11).
Indosurya Sekuritas memperkirakan indeks harga saham gabungan pada akhir pekan ini, Jumat (23/11) berpeluang melanjutkan penguatan dengan rentang pergerakan pada kisaran 5868 - 6123. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound pada akhir perdagangan hari Kamis mematahkan pelemahan selama dua hari berturut-turut sebelumnya IHSG ditutup di zona hijau dengan kenaikan 0,72% atau 42,76 poin di level 5.990,81, setelah berakhir melemah 0,95% atau 57,24 poin di posisi 5.948,05 pada perdagangan Rabu (21/11). William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas menjelaskan pergerakan IHSG pada akhir pekan menujukkan pola konsolidasi yang sedang berusaha digeser ke arah yang lebih baik. Hal itu dibantu dengan arus capital inflow yang terlihat masih terus terjadi. Menurutnya, penopang IHSG adalah fundamental perekonomian yang masih cukup kuat terjaga terlihat dari rilis data perekonomian terlansir. Di samping itu, rilis kinerja emiten pada kuartal ketiga yang sebagian besar sudah terlansir dalam kondisi rata-rata cukup bagus. Berikut laporan Live indeks hari ini. 09:01 WIBPukul 8.55 WIB: IHSG Dibuka Menguat 0,12% Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,12% atau 7,22 poin ke level 5.998,03. BACA JUGA : Profindo Sekuritas: IHSG Bisa Menguat Lagi, Cermati 4 Saham Ini KONTAK PERKASA FUTURES PT KONTAK PERKASA - Reliance Sekuritas Indonesia memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) masih akan mengalami tekanan kembali dan bertahan pada level 5900-6000.
Lanjar Nafi, Equity Technical Analyst Reliance Sekuritas menjelaskan Bursa Asia ditutup bervariasi dengan pelemahan di hampir semua ekuitas Asia kecuali ekuitas di Daratan China menguat. Indeks HangSeng (+0.51%) dan Shanghai (+0.25%) ditutup pada zona positif sedangkan Nikkei (-0.35%) dan TOPIX (-0.60%) melemah. IHSG (-0.95%) ditutu melemah cukup dalam 57.24 poin kelevel 5948.05 dengan saham-saham pertambangan (-5.03%) membebani IHSG hingga menekan kembali dibawah level psikologis 6000. Trend dan sentimen negatif pada komoditas tambang energy dan logam menjadi dasar alasan investor melakukan aksi jual. Sektor keuangan (-1.50%) menjadi kontributor pelemahan dengan saham BBRI dan Mandiri yang turun lebih dari dua persen. Aksi jual sebelum data pertumbuhan pinjaman menjadi signal negatif pada data pertumbuhan pinjaman itu sendiri. Investor berspekulasi dampak kenaikan BI 7days repo yang lebih agresif akan memberikan gejolak negatif pada pertumbuhan pinjaman. Terlebih pemerintah menahan beberapa proyek infrastruktur sehingga prospek adanya pinjaman dari perusahaan konstruksi negara guna membiayai proyek menurun. Investor asing tercatat net sell 587.04 Miliar rupiah. Disaat rupiah terpantau melemah 0.10% kelevel Rp14603 per USD. Bursa saham Eropa dibuka optimis menghiraukan pelemahan mayoritas indeks saham AS dan Asia. Reboundnya indeks Futures di AS menjelang libur thanksgiving dilanjutkan Black friday menjadi sentimen positif untuk Investor. Harga minyak WTI (+1.4%) kelevel $54.20 per Barrel setelah data persediaan minyak di AS diperkirakan menurun drastis dari 10 juta menjadi 2,9 juta barrel serta OPEC yang merencanakan kajian untuk pembatasan produksi lebih ketat. Pergerakan IHSG secara teknikal terkonfirmasi menutup gap up yang terbentuk pada perdagangan sebelumnya dan menguji support level. Indikator Stochastic dead-cross pada area jenuh beli dengan momentum bearish reversal yang terbentuk pada indikator RSI. Sehingga diperkirakan IHSG masih akan mengalami tekanan kembali bertahan pada level support dengan support resistance 5900-6000. Saham-saham yang masih dapat dicermati diantaranya WTON, BNLI, ADRO, ITMG, INDY, ERAA, ESAA Disclaimer on BACA JUGA : Harga Minyak Rebound, Volatilitas Diperkirakan Tetap Tinggi PT KONTAK PERKASA PT KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) terjerembab ke bawah level US$54 per barel untuk pertama kalinya dalam setahun.
Merosotnya harga terjadi di tengah kekhawatiran bahwa rencana OPEC untuk memangkas produksi tidak akan cukup untuk membendung lonjakan stok minyak. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Januasi 2019 mengakhiri sesi perdagangan Selasa (20/11/2018) dengan anjlok 6,59% atau 3,77 poin di level US$53,43 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah berakhir menguat hampir 1% di level 57,20 pada perdagangan Senin (19/11). Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Januari 2019 ditutup anjlok 6,38% atau 4,26 poin di level US$62,53 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London pada Selasa, setelah berakhir di posisi 66,79 pada Senin. Laporan pemerintah AS yang akan dirilis Rabu (21/11) waktu setempat mungkin menunjukkan peningkatan persediaan minyak mentah AS untuk pekan kesembilan berturut-turut, menurut survei analis Bloomberg. Aksi jual dalam ekuitas global menambah tekanan pada minyak yang telah terbebani kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan. Indeks Energi pada S&P 500 tergelincir 3,5%, dengan seluruh anggota mengalami penurunan. Saham Devon Energy Corp dan Newfield Exploration Co. mencatat penurunan terburuk, masing-masing sebesar lebih dari 7%. “Saya rasa Anda akan melihat jenis pasar yang menghindari risiko,” ujar Tariq Zahir, pengelola dana komoditas di Tyche Capital Advisors LLC, seperti dilansir dari Bloomberg. “Tidak akan mengejutkan untuk melihat level terendah baru pada minyak jika persediaan minyak AS melonjak.” Pada Senin (19/11), Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa Rusia dan sekutu-sekutunya di OPEC perlu mengawasi pasar minyak dalam beberapa pekan mendatang sebelum membuat keputusan untuk mengurangi output. Sikap pendekatan wait and see ini kontras dengan seruan untuk memangkas suplai oleh Arab Saudi sebelumnya, hanya beberapa pekan sebelum OPEC menggelar pertemuan di Wina. Baik harga minyak mentah di New York dan London telah tertekan kekhawatiran atas kelebihan pasokan setelah pemerintah AS memberikan keringanan kepada sejumlah pembeli minyak Iran terlepas dari sanksi yang diberlakukan pada Iran. “Sentimen dalam pasar minyak adalah volatilitas,” tutur Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) Fatih Birol dalam sebuah konferensi di Oslo. "Dan dengan meningkatnya tekanan geopolitik di pasar minyak yang kami lihat, kami percaya bahwa kita sedang memasuki periode ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya.” baca juga : Saham Perbankan Seret Bursa Eropa Turun ke Level Terendah PT KONTAK PERKASA FUTURES KONTAK PERKASA FUTURES - Harga emas Comex bergerak turun pada perdagangan hari ini, Senin (19/11/2018).
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas Comex kontrak Desember 2018 dibuka dengan penurunan 0,03% atau 0,4 poin di level US$1.1.2322,60 per troy ounce. Pergerakan comex lanjut melemah pada pukul 07.03 WIB dimana spot turun 0,01% atau 0,1 poin ke US$1.1222,90 per troy ounce. Sepanjang pagi ini, harga emas bergerak pada kisaran US$1.1222,10-US$1.223,30 per troy ounce. Adapun pada perdagangan Jum'at (16/11/2018) harga emas Comex kontrak Desember berakhir naik 0,66% atau 8 poin ke level US$1.223 per troy ounce. Bagaimana pergerakan emas selanjutnya? Ikuti lajunya secara live 10:09 WIBPukul 9.53 WIB: Spot Comex Melemah 0,8 Poin Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2018 melemah 0,8 poin atau 0,07% ke level US$1.222,20 per troy ounce. 09:12 WIB Pukul 9.00 WIB: Spot Comex Melemah 0,2 Poin Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2018 melemah 0,2 poin atau 0,02% ke level US$1.222,80 per troy ounce. BACA JUGA : KURS RUPIAH 19 NOVEMBER: Pukul 09.00 WIB Spot Menguat 47 Poin KONTAK PERKASA FUTURES pt kontak perkasa - Harga batu bara turun untuk hari ketiga berturut-turut pada akhir perdagangan Kamis (15/11/2018). Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif Januari 2019 ditutup turun 0,15% atau 0,15 poin di level US$102,30 per metrik ton. Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Januari 2019 mampu rebound dengan menanjak 1,73% atau 1,50 poin dan berakhir di level 88,30 kemarin. Adapun harga batu bara thermal untuk pengiriman Januari 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange kembali terkoreksi dan berakhir turun 0,62% atau 3,8 poin di level 613 yuan per metrik ton pada perdagangan Kamis. “Eskalasi lebih lanjut dalam pembatasan impor batu bara belum diverifikasi, sedangkan permintaan di pasar spot lesu,” jelas analis Huatai Futures Sun Hongyuan dalam risetnya, seperti dikutip Bloomberg. Sementara itu, harga minyak mentah menguat pada perdagangan Kamis (15/11) saat ketegangan atas sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Arab Saudi mengimbangi lonjakan stok minyak mentah AS. Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,4% atau 0,21 poin di level US$56,46 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak Brent untuk pengiriman Januari berakhir naik 0,50 poin atau 0,76% di level US$66,62 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Dilansir Bloomberg, minyak mentah menguat setelah AS mengeluarkan sanksi keuangan terhadap 17 pejabat Saudi atas kematian jurnalis Jamal Khashoggi, beberapa jam setelah kerajaan menuntut 11 orang atas pembunuhan itu. Gejolak geopolitik ini menutupi efek laporan pemerintah yang menunjukkan peningkatan penyimpanan minyak mentah mingguan terbesar sejak Februari 2017. "Kenaikan stok minyak mentah besar-besaran yang kami lihat pekan demi pekan di AS menarik semua risiko geopolitik dari harga minyak mentah," kata Rob Thummel, direktur pelaksana di Tortoise, seperti dikutip Bloomberg. “Pengumuman tentang sanksi menempatkan beberapa risiko kembali ke pasar," lanjutnya. Di antara para pejabat yang dijatuhi sanksi adalah Saud al-Qahtani, mantan penasihat senior Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Hukuman yang membekukan aset dan membatasi akses ke sistem keuangan AS ini dijatuhkan tidak lama setelah AS mengumumkan rencana untuk mengakhiri penerbangan pengisian bahan bakar udara untuk koalisi pimpinan Saudi yang memerangi pemberontak Houthi di Yaman. Pada saat yang sama, spekulasi dari pemangkasan pasokan OPEC terbaru juga menjadi sentimen positif meningkatkan harga minykontak-perkasaf.com/profil-perusahaan/ak mentah. OPEC dan mitranya sedang mempertimbangkan untuk mengurangi produksi lebih dari 1 juta barel per hari yang diajukan Arab Saudi awal pekan ini. Pergerakan harga batu bara kontrak Januari 2019 di bursa Newcastle Tanggal US$/MT 15 November 102,30 (-0,15%) 14 November 102,45 (-4,12%) 13 November 106,85 (-0,60%) 12 November 107,50 (+1,08%) 9 November 106,35 (+0,66%) Sumber: Bloomberg baca juga : Wall Street Menguat di Tengah Ekspektasi Meredanya Ketegangan Perdagangan pt kontak perkasa |
Official WebsitePT Kontakperkasa FuturesProfil perusahaan Landasan Hukum Badan Pengawas Perdagangan Hubungi Kami PT Kontak Perkasa Futures Archives
November 2020
Categories
|