PT KONTAK PERKASA - Harga emas Comex bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini, Kamis (13/12/2018).
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas Comex kontrak Desember 2018 dibuka dengan kenaikan 0,06% atau 0,7 poin di level US$1.1.250,70 per troy ounce. Harga emas comex lanjut menguat pada pukul 07.05 WIB dimana emas comex naik 0,05% atau 0,6 poin ke level US$1.250,60 per troy ounce. Sepanjang pagi ini, harga emas bergerak pada kisaran US$1.1250,50-US$1.251,70 per troy ounce. Adapun pada perdagangan Selasa (11/12/2018) harga emas Comex kontrak Desember berakhir turun 0,18% atau 2,20 poin ke level US$1.247,20 per troy ounce. Bagaimana pergerakan emas selanjutnya? Ikuti lajunya secara live di Bisnis.com: 10:10 WIB Pukul 09.54 WIB: Harga Emas Comex Turun 0,70 Poin Pergerakan harga emas Comex kontrak Februari 2019 lanjut turun 0,70 poin atau 0,06% ke level US$1.249,30 per troy ounce pada perdagangan pagi ini, Kamis (13/12/2018). 09:00 WIB Pukul 08.45 WIB: Harga Emas Comex Berbalik Turun 0,70 Poin Pergerakan harga emas Comex kontrak Februari 2019 berbalik ke zona merah dan turun 0,70 poin atau 0,06% ke level US$1.249,30 per troy ounce pada perdagangan pagi ini, Kamis (13/12/2018). BACA JUGA : IHSG Menguat, Pasar Manfaatkan Momentum January Effect PT KONTAK PERKASA
0 Comments
PT KONTAK PERKASA FUTURES - Bursa saham Asia bergerak naik pada perdagangan pagi ini, Rabu (12/12/2018), didorong ekspektasi atas kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
Meski demikian, pasar juga cenderung berhati-hati untuk tidak terlalu antusias mengenai hal tersebut. Indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang naik moderat 0,27%, sedangkan indeks Nikkei Jepang mampu menanjak 1,5%. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan adanya pembicaraan dengan pemerintah China melalui sambungan telepon. Trump juga menyatakan tidak akan menaikkan tarif terhadap impor China sampai ia meyakini kesepakatan. Trump bahkan mengatakan siap campur tangan dalam kasus penangkapan CFO Huawei Technologies, Meng Wanzhou, jika hal itu memengaruhi kepentingan keamanan nasional atau membantu mencapai kesepakatan perdagangan. Pengadilan Kanada pada Selasa (11/12) dikabarkan mengabulkan pelepasan Meng dari tahanan dengan jaminan. Langkah ini dapat membantu menenangkan kemarahan para pejabat China karena penangkapan tersebut. Di sisi lain, nilai tukar pound sterling meluncur akibat tertekan laporan bahwa para anggota parlemen Konservatif dapat memilih mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Perdana Menteri (PM) Theresa May. Perkembangan politik ini muncul sehari setelah keputusan May menunda pemungutan suara di parlemen terkait kesepakatan Brexit. “Pasar khawatir bahwa May dapat digantikan oleh pendukung Brexit, sehingga meningkatkan kemungkinan skenario tidak adanya kesepakatan,” kata Rodrigo Catril, pakar strategi senior valas di NAB, seperti dilansir Reuters. “Intinya ada ketidakpastian besar tentang apakah Theresa May dapat bertahan sebagai PM dan apa prospeknya untuk pemilihan umum, referendum baru, atau hard Brexit,” ujarnya. Di sisi lain, pasar juga terdampak ketika Trump mengancam akan menutup layanan pemerintah (government shutdown) karena perdebatan pendanaan untuk rencana pembangunan tembok di perbatasan selatan dengan Meksiko. Hal in membuat pergerakan tiga indeks saham utama di bursa Wall Street berakhir variatif pada perdagangan Selasa (11/12), dengan Dow Jones turun 0,22% dan S&P 500 turun tipis 0,04%, sedangkan Nasdaq mampu naik 0,16% BACA JUGA : Stok Turun, Harga Minyak WTI Lampaui Level US$52 Per Barel PT KONTAK PERKASA FUTURES KONTAK PERKASA FUTURES - Bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat setelah berfluktuasi pada perdagangan Senin (10/12/2018), didorong oleh sektor teknologi, meskipun saham bank jatuh dan ketidakpastian atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa membuat investor khawatir.
Indeks sektor energi menjadi penekan terbesar S&P karena harga minyak melemah, sedangkan dan sektor saham finansial anjlok, namun rebound di saham Apple Inc muncul menghibur investor di sektor teknologi. Menurut sejumlah analis, setelah S&P mendekati level terendahnya di tahun 2018, yang dicapai pada 8 Februari, algoritma perdagangan muncul menendang dengan sinyal beli. Setelah mencapai sesi rendah pada pagi hari, indeks menghabiskan sisa hari dengan mengurangi kerugian pada kecepatan yang tidak seimbang sebelum berbalik positif. "Tampaknya kami telah menemukan dukungan sementara pada level tersebut. Ini mungkin sedikit menjelaskan alasan dibalik rebound," kata David Joy, kepala analis di Ameriprise, seperti dikutip Reuters. Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Theresa May menambahkan ketidakpastian global pada hari Senin dengan menunda pemungutan suara yang direncanakan di parlemen untuk mengesahkan kesepakatan Brexit, dengan mengatakan usulannya akan ditolak "dengan margin yang signifikan". "Hal tersebut menambah kebingungan politik yang membebani pasar secara global," kata Joy. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat naik 34,31 poin atau 0,14% ke level 24.423,26, sedangkan indeks S&P 500 naik 4,64 poin atau 0,18% ke 2.637,72 dan Nasdaq Composite menguat 51,27 poin atau 0,74% ke 7.020,52. Setelah berada di zona merah pada awal perdagangan, 8 dari 11 sektor indeks S&P ditutup menguat. Sektor teknologi memimpin dengan penguatan 1,4%, diikuti sektor komunikasi yang menguat 0,8%. Di sisi lain, sektor energi melemah 1,6%, terbesar di antara 11 sektor S&P karena harga minyak jatuh. Penurunan terbesar kedua dicatat oleh sektor finansial sebesar 1,4% karena para investor khawatir tentang dampak pada perlambatan pertumbuhan global dan suku bunga perbankan. Subsektor bank yang sensitif terhadap suku bunga jatuh 2,3%. BACA JUGA : Simak 6 Rekomendasj Saham Berikut Ini KONTAK PERKASA FUTURES PT KONTAK PERKASA - Kurs rupiah menyentuh posisi Rp14.517 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Senin (10/12/2018).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.517 per dolar AS, menguat 22 poin atau 0,15% dari posisi Rp14.539 pada Jumat (7/12) Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 38 poin atau 0,26% ke level Rp14.518 per dolar AS pada pukul 09.58 WIB. Nilai tukar rupiah mulai tergelincir dibuka terdepresiasi 0,12% atau 18 poin di level Rp14.498 per dolar AS, setelah pada perdagangan Jumat (7/12) mampu rebound dan berakhir terapresiasi 0,28% atau 40 poin di level Rp14.480 per dolar AS. Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.498-Rp14.524 per dolar AS. Dilansir dari Bloomberg, rupiah kembali tertekan terhadap dolar AS akibat berlanjutnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China menggerus minat investor untuk aset-aset berisiko dan berlanjutnya aksi pelepasan kepemilikan saham di Tanah Air. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi jual bersih atau net sell senilai sekitar Rp538,63 miliar pada perdagangan Jumat (7/12), net sell hari ketiga berturut-turut. Di sisi lain, pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang melacak pergerakan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, pagi ini terpantau berbalik terkoreksi 0,086 poin atau 0,09% ke level 96,428 pada pukul 10.14 WIB. Pergerakan indeks dolar AS sebelumnya dibuka dengan penguatan 0,201 poin atau 0,21% di level 96,715, setelah pada perdagangan Jumat (7/12) berakhir melemah 0,31% atau 0,296 poin di posisi 96,514. Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor/Rupiah) 10 Desember 14.517 7 Desember 14.539 6 Desember 14.507 5 Desember 14.383 4 Desember 14.293 Sumber: Bank Indonesia BACA JUGA : Terseret Sentimen Global, IHSG Terkoreksi di Awal Dagang PT KONTAK PERKASA KONTAK PERKASA FUTURES - PT Valbury Sekuritas Indonesia memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir pekan, Jumat (7/12/2018) masih dalam tekanan akibat sentimen global yang masih bergejolak.
Sentimen pasar dari dalam negeri: Pemerintah optimistis realisasi pendapatan negara dapat melewati target yang ditetapkan dalam APBN 2018 sebesar Rp1.894,7 triliun. Karena didukung oleh optimalisasi penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) serta kenaikan harga minyak dunia. Penerimaan pajak penghasilan (PPh) nonmigas dan pajak pertambahan nilai (PPN) ini menjadi gambaran makro terhadap kegiatan ekonomi yang tumbuh dengan cukup baik. Penerimaan PPh nonmigas mencapai Rp591,6 triliun atau 72,4% dari target dan PPN sudah tercatat sebesar Rp459,9 triliun atau 84,9% dari target. Penerimaan PPh nonmigas maupun PPN ini masing-masing tumbuh 15% dan 14,1% dari periode sama 2017. Selain itu, pemerintah menyebutkan bahwa penyerapan belanja negara untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 melanjutkan pertumbuhan hingga November 2018. Realisasi belanja negara tercatat sebesar Rp 1.942,4 triliun atau setara 87,5% dari pagu APBN 2018. penyerapan belanja negara hingga November tumbuh 11% yoy. Periode yang sama tahun sebelumnya, belanja negara tumbuh 6,9% sebesar Rp 1.749,5 triliun Berkenaan dengan utang perusahaan negara yang telah menyentuh Rp 5.271 triliun hingga September 2018 Dari angka tersebut kontribusi terbesar dari 10 BUMN yang menyumbang Rp 4.478 triliun atau 84,9% sedangkan sisanya dari BUMN lain hanya sebesar Rp 793 triliun. Ditengah kondisi rupiah yang masih rapuh terhadap dolar AS besaran utang ini dapat menimbulkan persepsi yang kurang baik bagi pasar oleh karena itu pemerintah harus terus memonitor kinerja dari BUMN ini agar kesehatan keuangannya terjaga. Sentimen pasar dari luar negeri : Trump mengatakan percaya kepada Presiden Xi Jinping serius dan akan memenuhi pernyataannya atas rencana Cina untuk membeli kedelai dan gas alam AS. Trump juga mengatakan AS dan Cina akan merundingkan sebuah kesepakatan perdagangan yang baru yang terperinci. Setelah sebelumnya keduanya sepakat tidak memberlakukan tarif baru pada ekspor masing-masing negara selama 90 hari kedepan. Sementara itu, Fitch Ratings memperkirakan perekonomian AS akan turun cukup dalam di dua tahun mendatang. Pelemahan yang terjadi dalam investasi perumahan pribadi terlihat akan terjadi dalam waktu lama dan menggambarkan kenaikan bunga hipotek yang berkelanjutan. Bahkan ekonomi AS akan semakin terpuruk di 2020 menjadi 2% sebagai akibat dari hilangnya efek stimulus fiscal. Prediksi IHSG : Sentimen diatas terutama dari eksternal diperkirakan masih dapat memberikan tekanan pergerakan indeks global dan dapat menjadi pemicu pelemahan bagi IHSG pada perdagangan saham hari ini. Perspektif tenikal Support Level : 6091/6066/6045 Resistance Level : 6136/6157/6182 Major Trend : Down Minor Trend : Up Pattern : Down to up Rekomendasi saham hari ini: PTBA: Trading Buy • Close 4080, TP 4140 • Boleh buy di level 3970-4080 • Resistance di 4140 & support di 3970 • Waspadai jika tembus di 3970 • Batasi resiko di 3940 PGAS: Trading Buy • Close 2140, TP 2190 • Boleh buy di level 2060-2140 • Resistance di 2190 & support di 2060 • Waspadai jika tembus di 2060 • Batasi resiko di 2030 INDF : Trading Buy • Close 6675, TP 6750 • Boleh buy di level 6550-6675 • Resistance di 6750 & support di 6550 • Waspadai jika tembus di 6550 • Batasi resiko di 6500 GGRM: Trading Buy • Close 81525, TP 82050 • Boleh buy di level 80700-81525 • Resistance di 82050 & support di 80700 • Waspadai jika tembus di 80700 • Batasi resiko di 80500 BBRI: Trading Buy • Close 3650, TP 3750 • Boleh buy di level 3610-3650 • Resistance di 3680 & support di 3610 • Waspadai jika tembus di 3610 • Batasi resiko di 3580 PTPP: Trading Buy • Close 1870, TP 1915 • Boleh buy di level 1840-1870 • Resistance di 1915 & support di 1840 • Waspadai jika tembus di 1840 • Batasi resiko di 1820 Ket. TP : Target Price WATCHING ON SCREEN; ADRO, WSKT, WTON, ASRI. BBTN (Disclaimer ON) BACA JUGA : Harga Minyak Tertekan Pesimisme Kesepakatan Produksi OPEC KONTAK PERKASA FUTURES KONTAK PERKASA FUTURES - Sentimen penangkapan Chief Financial Officer (CFO) Huawei turut menekan dua indeks saham utama di Jepang hingga berakhir merosot hampir 2% pada perdagangan hari ini, Kamis (6/12/2018). Indeks Topix ditutup merosot 1,82% atau 29,89 poin di level 1.610,60, setelah dibuka dengan pelemahan 0,67% atau 11,04 poin di posisi 1.629,45. Berdasarkan data Bloomberg, dari 2.109 saham pada indeks Topix, 251 saham di antaranya menguat, 1.820 saham melemah, dan 38 saham stagnan. Saham SoftBank Group Corp. dan Sony Corp. yang masing-masing turun 4,93% dan 2,68% menjadi penekan utama atas merosotnya Topix pada akhir perdagangan hari ini. Indeks Topix telah turun sekitar 16% dari level tertingginya dalam hampir 27 tahun pada 23 Januari. Saham perusahaan elektronik dan telekomunikasi menjadi penekan terbesar terhadap pergerakannya hari ini. Seperti diberitakan, CFO Huawei Technologies Meng Wanzhou telah ditangkap di Vancouver dan menghadapi potensi ekstradisi ke Amerika Serikat (AS) lantaran terganjal dugaan pelanggaran sanksi AS terhadap Iran. Kabar ini serta merta menyeret sentimen untuk saham teknologi di Asia. “Kabar itu membangkitkan kekhawatiran seputar meningkatnya konflik perdagangan antara AS dan China. Hal tersebut membebani saham-saham Jepang, terutama yang berkaitan dengan China,” ujar Kyouko Amemiya, penasihat pasar senior SBI Securities, seperti dikutip Bloomberg. Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 berakhir merosot 1,91% atau 417,71 poin di level 21.501,62, setelah dibuka dengan pelemahan 0,70% atau 152,83 poin di posisi 21.766,50. Dari 225 saham yang diperdagangkan pada indeks Nikkei, 18 saham menguat, 205 saham melemah, dan 2 saham stagnan. Saham SoftBank Group Corp. (-4,93%), Tokyo Electron Ltd. (-4,54%), dan Eisai Co. Ltd. (-6,33%). Sementara itu, nilai tukar yen terpantau menguat 0,24 poin atau 0,21% ke level 112,95 yen per dolar AS pada pukul 14.09 WIB, setelah dibuka stagnan di posisi 113,19 pagi tadi. baca juga : 17 Saham Tertekan, Indeks Bisnis 27 Turun 0,71% KONTAK PERKASA FUTURES PT KONTAK PERKASA - Bursa Asia melemah pada perdagangan pagi ini, Rabu (5/12/2018), terseret oleh anjloknya bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) saat penurunan tajam dalam imbal hasil obligasi AS bertenor jangka panjang dan isu perdagangan menyulut kekhawatiran investor tentang pertumbuhan ekonomi global.
Indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang turun 0,6%, sedangkan indeks Nikkei Jepang melorot 1,15% dan indeks Kospi Korea Selatan melemah 1%. Adapun bursa saham Australia melorot 1,3% menyusul rilis data pertumbuhan kuartal ketiga yang meleset dari ekspektasi. Dilansir dari Reuters, pasar ekuitas global kembali bergoyang saat kurva imbal hasil obligasi AS yang flat memicu kegelisahan akan resesi dan kekhawatiran atas konflik perdagangan AS-China muncul kembali. Indeks Dow Jones dan Nasdaq masing-masing anjlok sekitar 3,1% dan 3,8% pada akhir perdagangan Selasa (4/12). Saham keuangan, yang sangat sensitif terhadap perubahan pasar obligasi, pun turun 4,4%. Sinyal dari Federal Reserve AS pekan lalu mengenai kemungkinan mendekati akhir siklus kenaikan suku bunganya telah mendorong imbal hasil AS bertenor 10 tahun ke posisi terendahnya dalam tiga bulan di bawah 3%. Kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan AS telah mempercepat perataan kurva imbal hasil, sebuah fenomena dimana imbal hasil utang bertenor jangka panjang turun lebih cepat daripada yang bertenor jangka pendek. Spread antara imbal hasil obligasi dua tahun dan 10 tahun berada pada level paling flat dalam lebih dari satu dekade. Kurva yang lebih flat dipandang sebagai indikator resesi. “Perekonomian AS kemungkinan akan mampu menahan satu atau dua kenaikan suku bunga lebih lanjut, karenanya kurva yang flat terlihat sedikit berlebihan. Meski demikian, memang benar bahwa prospek ekonomi lebih suram daripada sebelumnya,” kata Masahiro Ichikawa, pakar strategi senior di Sumitomo Mitsui Asset Management. “Ada juga Brexit yang perlu dicermati, dan ini adalah faktor dalam aksi penghindaran aset berisiko yang sedang berlangsung.” Perdana Menteri Inggris Theresa May pada Selasa (4/12) mengalami kekalahan pada awal masa perdebatan tentang rencananya untuk meninggalkan Uni Eropa, rencana yang dapat menentukan masa depan Brexit dan pemerintahannya. Pada saat yang sama, pasar aset berisiko juga terbebani menyurutnya optimisme seputar 'gencatan senjata' yang disepakati antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk konflik perdagangan mereka. Harga minyak mentah bergerak ke posisi lebih rendah di tengah kekhawatiran akan mandeknya permintaan akibat perang dagang antara AS dan China. Harga minyak AS terakhir kali terlihat turun 0,8% ke level US$52,82 per barel. BACA JUGA : Harga Batu Bara Rebound di Tengah Pelemahan Minyak Mentah PT KONTAK PERKASA KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak mentah berakhir melonjak pada perdagangan Senin (3/12/2018), ditopang perpanjangan kerja sama antara pemerintah Arab Saudi dan Rusia, meredanya konflik dagang AS-China, serta langkah pemangkasan suplai di Kanada.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Januari melonjak sekitar 4% atau US$2,02, kenaikan terbesar dalam lebih dari lima bulan, dan ditutup di level US$52,95 per barel di New York Mercantile Exchange, rebound dari penurunan bulanan terburuknya dalam satu dekade. Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Februari melonjak 3,8% dan berakhir di level US$61,69 per barel di ICE Futures Europe exchange. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium US$8,82 terhadap WTI untuk bulan yang sama. Dilansir Bloomberg, meskipun Rusia dan Arab Saudi belum mengonfirmasi pemangkasan baru, kerja sama mereka membuka pintu untuk tercapainya kesepakatan ketika Organisasi Negara Penghasil Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya bertemu pekan ini di Wina. Harga minyak mentah telah melorot selama dua bulan terakhir akibat terbebani kekhawatiran kelebihan pasokan global. Kesepakatan yang terjalin akhir pekan ini antara Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Rusia Vladimir Putin serta merta mendukung ekspektasi pemangkasan produksi yang cukup untuk mengabaikan tanda-tanda yang lebih ambigu pada hari Senin, termasuk pengumuman rencana pengunduran diri Qatar dari OPEC. “Akan ada pemangkasan [produksi], saya pikir itu akan menjadi lebih dari yang diharapkan pasar, dan saya pikir pasar menyadari itu hari ini,” kata Bob Iaccino, kepala strategi pasar di Path Trading Partners yang berkantor di Chicago. Harga minyak sempat mengikis penguatannya pada hari Senin setelah panel penasihat OPEC dikatakan tidak membuat rekomendasi untuk tindakan dan sumber terkait dengan perundingan mengungkapkan bahwa Rusia dan Saudi masih belum menyetujui rincian pemangkasan produksi. Gubernur OPEC Hossein Kazempour Ardebili, sementara itu, menimbulkan keraguan tentang apakah para produsen dapat mencapai suara bulat dalam pertemuan mendatang di Wina. Namun minyak tetap merespons positif kesepakatan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akhir pekan kemarin untuk memasuki periode 'gencatan senjata' dalam perselisihan perdagangan mereka. Sementara itu, provinsi Alberta di Kanada pada hari Minggu (2/12) mengumumkan akan memerintahkan produsen-produsen lokal untuk membatasi produksi sebesar 325.000 barel per hari mulai bulan depan. “Ini adalah pernyataan-pernyataan positif yang pasar telah nantikan,” kata Ashley Petersen, seorang analis minyak di Stratas Advisors LLC di New York. “Sekarang setelah kita berada di titik ini, kita akan melihat koreksi harga yang besar. Pertanyaan penting selanjutnya adalah, apakah OPEC akan melakukan tindak lanjut?” BACA JUGA : Wall Street Naik Tajam, Saham Apple Terkerek Sentimen AS-China KONTAK PERKASA FUTURES PT KONTAK PERKASA FUTURES - Harga emas Comex bergerak naik pada perdagangan hari ini, Senin (03/12/2018).
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas Comex kontrak Desember 2018 dibuka dengan penurunan 0,15% atau 1,80 poin di level US$1.1.227,80 per troy ounce. Pergerakan comex lanjut menguat pada pukul 07.03 WIB dimana spot turun 0,10% atau 1,20 poin ke US$1.1227,20 per troy ounce. Sepanjang pagi ini, harga emas bergerak pada kisaran US$1.1227-US$1.233 per troy ounce. Adapun pada perdagangan Jum'at (30/11/2018) harga emas Comex kontrak Desember berakhir turun 0,36% atau 4,41 poin ke level US$1.226 per troy ounce. Bagaimana pergerakan emas selanjutnya? Ikuti lajunya secara live BACA JUGA : Bitcoin Catatkan Penurunan Bulanan Terburuk dalam 7 Tahun PT KONTAK PERKASA FUTURES |
Official WebsitePT Kontakperkasa FuturesProfil perusahaan Landasan Hukum Badan Pengawas Perdagangan Hubungi Kami PT Kontak Perkasa Futures Archives
November 2020
Categories
|